Detail Cantuman

RINGKASAN
“Pengembangan Produk Kopi Rempah”, Dhea Andreani, NIM B32141839, Tahun 2017, 95 hlm, Teknologi Pertanian, Politeknik Negeri Jember, Ir. Bambang Poerwanto, MP (Pembimbing I)
Indonesia merupakan penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam, dengan luas area perkebunan kopi mencapai 1,3 juta hektare. Kopi, baik bentuk bubuk maupun seduhannya memiliki aroma khas yang tidak dimiliki oleh bahan minuman lainnya. Semakin tingginya minat masyarakat Indonesia terhadap kopi, sementara produk olahan kopi yang tersedia belum terlalu banyak. Selain itu Indonesia juga merupakan Negara yang potensial sebagai sumber dan produsen rempah-rempah maupun herbal. Tersedianya rempah Indonesia yang masih melimpah dan masih sedikit akan pemanfaatannya maka diperlukan inovasi minuman yang baru. Produk inovasi minuman kopi yang telah ada di pasaran, seperti kopi gingseng, kopi jahe, kopi rempah dan beberapa produk inovasi yang telah ada. Pada produk kopi rempah merupakan salah satu pengembangan minuman kopi yang memberikan manfaat bagi kesehatan. Kopi rempah terbuat dari biji kopi robusta dan campuran rempah-rempah pilihan. Dalam produk kopi rempah yang pernah ada terdapat penambahan kopi dan rempah – rempah, seperti kapulaga, jahe, cengkeh, kayu manis. Namun pada produk tersebut diperoleh aroma dan rasa yang kurang disenangi oleh konsumen. Hal tersebut diduga karena kurang tepatnya formulasi rempah yang ditambahkan, baik dari segi jumlah maupun jenisnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian lebih lanjut yang dimaksud pengembangan produk kopi rempah. Dengan adanya masalah pada aroma dan rasa diproduk kopi rempah yang telah ada, proses pengolahan ini menambahkan jumlah dan jenis rempah, seperti merica, lada hitam, pala, pekak, dan lain sebagainya untuk menambah aroma dan memperbaiki rasa, namun tidak menghilangkan aroma khas dari kopi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemilihan jenis kopi, mendapatkan formulasi kopi rempah yang tepat pada skala produksi kecil, mendapatkan metode pencampuran dan penggunaan kemasan yang tepat,
viii
mengetahui penerimaan konsumen terhadap kopi rempah, menganalisa biaya produksi sehingga dapat dijadikan sebagai usaha serta menyediakan jenis produk kopi olahan yang beragam bagi konsumen.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2017. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Politeknik Negeri Jember, dan di Café The Anglo Saxon yang berlokasi di jalan Semeru, Kabupaten Jember. Analisa Data dari hasil pengujian ini dianalisis secara statistik menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) nonfaktorial, dan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial, sedangkan untuk uji lanjut menggunakan uji beda nyata jujur (BNJ). Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) yang terdiri dari 2 faktor. Faktor yang pertama adalah jumlah Pala (P) yang terdiri dari 0,1 gram (P1) dan 0,2 gram (P2). Faktor kedua adalah jumlah Lada Hitam (L) yang terdiri dari 0,1 gram (L1) dan 0,2 gram (L2). Rancangan Acak Lengkap (RAL) Nonfaktorial yang terdiri dari faktor jenis kopi yaitu robusta, arabika, dan bland.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jenis kopi Robusta dipilih sebagai pembuatan kopi rempah karena sangat berpengaruh nyata pada rasa dan kenampakan kopi rempah. Formulasi yang optimum pada pembuatan kopi rempah yaitu Kopi 8 gram; Kapulaga 0,3 gram; Cengkeh 0,2 gram; Jahe 0,2 gram; Pala 0,1 gram; Lada Hitam 0,2 gram. Pencampuran antara bahan rempah dan bahan kopi yang dilakukan dengan metode pencampuran menggunakan dough mixer lebih efektif. Untuk jenis kemasan dan sistem kemas berpengaruh pada mutu hedonik terhadap aroma kopi rempah. Daya terima konsumen terhadap kopi rempah berada pada kriteria agak suka. Produksi kopi rempah selama satu bulan dapat memiliki laju keuntungan 37,307%; B/C ratio 1,373; titik impas volume produksi pada kemasan ke-15 dan titik impas biaya produksi Rp. 304.952,595.