RINGKASAN
Pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) Pada Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya Bintang Tani Sejahtera Tamanan – Bondowos, Septian Putri Kurniawati, NIM D41140846, Tahun 2018, 41 hlm, Program Studi D-IV Manajemen Agroindustri, Jurusan Manajemen Agribisnis, Politeknik Negeri Jember, Ardhitya Alam W, SE, MM (Dosen Pembimbing PKL), Ratih Puspitorini, Y.A,SE, MM (Dosen Penguji)
Indonesia dikenal sebagai negara agraris, dimana negara agraris merupakan negara yang maju dalam sekor pertaniannnya. Kegiatan pertanian selama ini banyak menggunakan pupuk kimia yang semakin tak terkendali untuk meningkatkan hasil pertaniannya, namun penggunaan pupuk kimia ini akan menimbulkan dampak negatif dalam jangka waktu panjang. Pupuk kimia yang terus-menerus diaplikasikan ke tanaman pada akan mempercepat hilangnya zatzat organik dan kesimbangan zat makanan di dalam tanah yang akhirnya menimbulkan bermacam penyakit pada tanaman. Unsur zat hara yang ada dalam tanah akan diikat oleh molekul-molekul kimiawi sehingga regenerasi humus tidak bisa dilakukan lagi sehingga daya tahan tanah atau daya dukung tanah berkurang dan yang nantinya tanah menjadi tandus dan keras, serta mikroorganisme tanah menjadi tipis. Lebih jauh penggunaan pupuk kimia akan menghancurkan sistem pertanian berkelanjutan. Artinya, besarnya dampak buruk yang ditimbulkan oleh penggunaan pupuk kimia terhadap tanah, ekosistem dan hasil pertanian menjadi alasan utama petani untuk meninggalkannya. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan teknik budidaya tanaman dengan menggunaan larutan Mikro Organsme Lokal (MOL). Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL) terbuat dari bahan-bahan alami, sebagai media hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang berguna untuk mempercepat penghancuran bahan organik. MOL dapat juga disebut sebagai bioaktivator yang terdiri dari kumpulan mikroorganisme lokal dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam setempat. MOL dapat bersumber dari bermacam-macam bahan lokal, antara lain urin sapi, batang pisang, daun gamal, buah-buahan, nasi basi, sampah rumah tangga, rebung bambu dan masih bnyakvi lainnya. MOL dapat berfungsi sebagai perombak bahan organik dalam tanah maupun pembuatan pupuk organik cair dan padat serta sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan agen pengendali hama dan penyakit tanaman sehingga baik digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan pestisida organik melalui proses fermentasi. Pada Pusat Pelatihan Pertanian Dan Perdesaan Swadaya Bintang Tani Sejahtera Tamanan, Bondowoso memproduksi larutan Mikro Organisme Lokal (MOL), larutan tersebut digunakan sebagai aktivator dalam pembuatan pupuk organik padat dan cair, pembuatan pakan ternak alternatif dan eksplorasi tanah sebagai langkah dalam mengkonservasi lahan pertanian. Alat dan bahan yang diperlukan dalam proses produksi pembuatan larutan Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah sebagai berikut: Alat yang digunakan yaitu adalah timbangan, pisau, talenan, belender, gayung, saringan. Timba kecil dan besar, alat pengaduk kayu dan kompor gas. Dan bahan yang dibutuhkan yaitu bekatul jagung 5 kg, kentang 1 kg, terasi 0,5 kg, nanas 4 buah, babat sapi 2 kg, molasis 2 kg. Proses Produksi Pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) melalui beberapa tahapan yaitu persiapan alat dan bahan, pemasakan molasis dan terasi, pencampuran bekatul jagung, perebusan kentang, pendinginan, inukulasi babat sapi, proses fermentasi, pengembangan Mikro Organisme Lokal (MOL) dan yang terakhir pengemasan. Berdasarkan analisis biaya proses produksi pembuatan larutan Mikro Organisme Lokal (MOL) dapat diketahui bahwa total penjualan Mikro Organisme Lokal (MOL) dalam 100 liter adalah sebesar Rp. 1.500.000,- dengan total biaya produksi sebesar Rp. 589.574,- sehingga didapatkan laba sebesar Rp. 910.426,-.